Sapu
Inilah bentuk kegiatan mengguanakan sapu |
Malam itu minggu 25
Maret 2012, tampak pemadangan buram sunyi senyap dengan serakan sampah di
ruangan kerjaku. Nafasku tersendat seakan sulit untuk menghirup udara segar. Saat
kudongakkan kepala, tampak tujuh buah lampu neon 20 wat berjejer rapi melekat
di dinding langit-langit di mana aku menghabiskan waktu hingga jam 10 malam
nanti.
Hah, jarum jam
menunjukkan jam 7 pas. Kaca cermin yang juga tampak diam seakan menggambarkan
raut murung wajahku dari tepian kanan. Kursi sofa, meja kayu, TV yang sedang stop
beraktifitas, hingga dua buah tong sampah yang sudah terlihat tua itupun juga
tampak senyap di kedudukan mereka masing-masing. Semua tampak sayu terdiam kaku
tanpa ada kegiatan yang mereka lakukan. Hanya suara bising kendaraan yang
lalu-lalang di jalan depan tempat kerjaku yang terdengar semarak.
Kebingungan memaksa
kakiku bergerak melangkah kedepan dan kemudian kebelakang. Hal itu sama saja,
bingung tak tahu melakukan apa-apa ini pun masih saja tak lari dari benakku.
Selang 15 menit aku
mondar-mandir ibarat setrikaan di ruangan yang luasnya kira-kira 20 x 25 meter
itu, akhirnya mataku terpaku pada sebuah benda yang tersandar di sudut ruangan
itu. Sapu, ya itulah benda yang mampu melekat dalam tatapku.
Perlahan kugerakkan
kaki ini mendekati benda itu, tanganku pun turut serta menggapainya. Inilah dia
benda yang dapat menghapus kebosananku malam itu. Tangan dan kakiku pun bekerja
secara bersamaan bergerak kesana kemari mengais serpihan sampah pemicu buramnya
pemandangan dalam ruangan itu.
Bekas-bekas kertas yang
berserakan kusapu dan kumasukkan kedalam tong sampah. Begitu juga nasib
puntung-puntung rokok yang membuat udara pengap pun kusikat habis dengan benda
yang berambut rapi dan bertiang satu itu.
Tak sadar 15 menit
sudah berlalu, kini jarum jam menunjukkan waktu telah sampai pada pukul tujuh
lewat 30 menit. Akhirnya badanku yang tadi terasa berat kini lebih ringan
karena kegiataan yang baru saja kulakukan. Pemandangan ruangan itupun tak lagi
buram. Cahaya lampu yang tadi kokoh tak beraura kini telah tersenyum dengan
binar cahaya yang saling berpantulan dalam ruangan yang tak lagi bersampah itu.
Sejenak aku terdiam, ku
pikirkan akan hebatnya benda itu. Dia mampu membuat suasana suntuk berubah
riang, dia ubah pemandangan buram menjadi terang dan dia hapus semua kotoran
menjadi kilau pantulan cahaya bersih cemerlang.
Itulah sapu, dia hanya
sebuah benda yang tersusun umpama sisir dengan satu tiang. Dia tampak tak
berguna tapi mampu kembalikan semangat mata. Kaisan demi kaisannya sangat
bermanfaat bagi mata yang melihat, bagi hidung yang menghirup dan bagi jiwa
yang merasakannya.
Nah, bayangkan jika di
dunia ini tak ada dia. Bagaimana situasi kehidupan yang pastinya tercemar
dengan onggokkan sampah yang merdeka tanpa musuh nyata. Kemerdekaannya itu pun
mengundang banyak virus penyebar
penyakit. Waktu itu manusia dibuat bingung dan berbondng-bondong menuju
rumah sakit. Tapi celakanya rumah sakit pun telah tercemar karena sampah-sampah
yang juga ada di sana tak lagi memiliki musuh. Lalu jika rumah sakit pun tak
lagi berfungsi sebagai tempat pembuang penyakit, kemana manusia akan pergi
mencari kesehatan? Tragedi itu membuat kesehatan semakin langka, membuat harta
tak lagi berharga dan manusia pun perlahan harus sipa mati sebagai mahluk
berpesakitan. Hahahahaha ternyata peranan sapu sungguh amat besar. (Agu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar